cerpen tak berjudul

Senin, 06 Februari 2012



Seperti biasa aku selalu duduk termenung. Semua seperti bercampur baur dalam benakku ini. Selalu saja bayangan itu yang datang menghampiri padahal dengan sekuat tenagaku aku berusaha agar sekedar namanya pun tak mampir dipikiranku. Tapi selalu, selalu pikiran itu terus menggangguku, atau mungkin kesibukan ku kurang padahal hanya sekedar untuk mengunjungi rumah orangtuaku diakhir pekan pun tak kutemui waktu yang senggang. Tapi bayangan itu,suara itu,tubuh itu selalu dan terus saja menggangguku. Ya aku tau bahwa itu tidak mudah, sebesar apapun aku berusaha dya akan selalu mengganggu. Bagai mana tidak, semua aku yang memulainya. Kegilaan ini bermula pada enam tahun lalu. Ya, Aku yang memulainya bagai mana tidak aku yakin putri bangsawan kaya pun takan membiarkannya berlalu begitu saja tanpa mengenalnya lebih, jauh saat itu dya begitu muda begitu tampan, kepandayannya dalam bermain kata-kata sudah tak diragukan lagi, aku yang saat itu seorang mahasiswa yang penuh semangat tentu tersihir oleh kata-katanya, oleh perjuangannya. Dya yang selalu berada dibarisan terdepan perjuangan mahasiswa yang dulu kami anggap selalu membela rakyat kecil. Sungguh dambaan setiap mahasiswi sepertiku. Ya, aku yang memulainya. Berusaha menarik simpatinya mulai dengan selalu berusaha aktif disetiap acara kemahasiswaan, hingga selalu mengikuti demonstrasi yang dipimpinnya. Ya,mungkin aku adalah ketua rohis putri yang tidak bertanggung jawab bagai mana tidak, walaupun aku berkerudung dan selalu bersemanggat aku tak begitu tertarik dengan segala sesuatu yang berbau islam. Teman-teman yang mengajukan diriku tuk menjadi rohis membuatku tak enak tuk menolaknya, tapi apa mau dikata aku sungguh tak tertarik, aku selalu mangkir dalam setiap kumpulan yang diadakan organisasi ini. Aku lebih menyukai menyaksikan dya beraksi berteriak-teriak dijalana. Aku menenyelusup ditengah anak-anak yang sedang berdemo terseret-seret sehingga sekarang berada disebelahnya. Itulah awal pertemuan kami. Begitu dekat begitu manis, aku terbawa suasana ikut berteriak, meneriakan orasi-orasi tak karuan yang pernah aku curi dengar darinya. Dia memandangku dengan tatapan aneh. Mungkin karena kerudung dan baju kurung sialan ini, hanya sekejap ya mungkin beberapa detik saja dia langsung kembali dengan kesibukannya berorasi. Namun tatapan sekejap itu membuatku terkesiap, malu itu yang pertama aku rasakan. Karena tak mau dia melihat wajahku yang memerah bak tomat seperti biasa yang terjadi saat aku merasakan hal mengesalkan yang bernama malu itu aku bergegas menjauh perlahan to be continued


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

2 komentar:

Anonim mengatakan...

cool..!!!! terusin dong cerbung-nya, hohohoho

Unknown mengatakan...

hahahah lupa mbak ide.x :D

Posting Komentar