Erich Fromm
Asumsi Dasar
Asumsi dasar Fromm adalah bahwa kepribadian
individu dapat di mengerti hanya dengan memahami sejarah manusia. Dimana Fromm
yakin bahwa manusia tidak seperti binatang lainnya, menurutnya manusia telah
berpisah atau tercerai berai dari kesatuan prasejarahnya dengan alam.
Manusia tidak memiliki insting kuat untuk
beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan tetapi menusia memiliki kemampuan
bernalar untuk menghadapinya, hal ini disebut Fromm sebagai dilema manusia.
Nalar menurut Fromm merupakan anugerah sekaligus kutukan. Maksudnya adalah
bahwa dengan nalar manusia dapat mencari jalan keluar atas dilemanya, namun
juga dengan nalar manusia sulit untuk keluar atau bahkan terpuruk dalam
dilemanya Fromm menyebutnya (existensial dichotomies).
Macam-macam dikotomi antara lain:
Pertama, hidup-mati. Kesadaran diri dan fikiran
manusia bahwa akan menemui kematian, tetapi manusia brusaha untuk
mengingkarinya, dengan meyakini adanya kehidupan setalah mati. Usaha yang tidak
merubah fakta bahwa hidup kita akan diakhiri dengan kematian.
Kedua, ketidak sempurnaan-kesempurnaan. Bahwa
manusia mampu membentuk konsep tujuan dari realitas yang utuh, namun waktu
hidup dari manusia tidak cukup untuk memnuhi hal tersebut. Dimana manusia ada
yang mengisiny dengan segudang prestasi di bidang kemanusiaan, juga ada yang
percaya bahwa kelanjutan perkembangan setalah mati.
Ketiga, kesendirian-kebersamaan. Manusia pada
akhirnya hanya sendiri, namun manusia tetap tidak bisa menerima pengucilan atau
isolasi. Manusia sadar bahwa kebahagian mereka bergantung pada ikatan mereka
dengan manusia lainnya. Walau pun manusia itu tidak dapat menyelesaikan
mesalahnya itu dimana masalah antara kesendirian atau kebersamaan.
Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia memiliki kebutuhan sebagai hewan dan
kebutuhan sebagai manusia. Sebagai hewan, manusia terdorong oleh
kebutuhan-kebutuhan fisiologis, seperti rasa lapar, seks, haus dan bebas dari
sakit. Sebagai manusia dalam arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai
manusia. Kebutuhan sebagai manusia Fromm membaginya menjadi bagian dari sesuatu
dan menjadi otonom seperti, relatedness dan unity, dan kebutuhan memahami dunia
seperti, Frame of orintation dan Effectiveness.
Kebutuhan-kebutuhan itu dibagi mejadi :
A. Kebebasan dan Ketertarikan
·
Keterhubungan (relatedness): Fromm menyatakan tiga cara dasar bagi manusia untuk
terhubugn dengan dunia, adalah kepasrahan, kekuadaan, dan cinta. Setian orang
akan saling bersimbiosis, bergantung satu sama lain. Fromm percaya bahwa cinta
dalaaah satu-satunya jalan untuk seseorang bersatu dengan dunia dan dalam waktu
yang sama, mencapai individulitas dan intregritas. Mamusia juga mempertahankan
keinginan irasionalitasnnya yakni hubungan dengan ibu dan dengan orang lain.
·
Kebarakaran (Rootedness): Kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya
merasa nyaman didunia.dimana manusia akan merasa asing karena dua hal, pertama,
dia direnggut dari akar-akar hubungnnya oleh situasi. Contohnya, ketika
dilahirkan maka manusia akan sendirian. Kedua, pikiran dan kebebasan yang
dikembangkannya justru memutuskan ikatan alami dan menimbulkan perasaan
isolasi.
Keberakaran dapat dicari melalui cara produktif
dan non produktif. Dengan cara produktif, dimana ketika manusia telah selesia
di apih oleh ibunya, lalu menjadi manusia yang aktif dan produktif dan apar
terlibat kedalam keberakaran yang luas dnegan orang lain. Secara nonproduktif
(fiksasi) kengganan yang kuat untuk bergerak melampaui keamanaan dan
perlindungan yang diberikan oleh seorang
ibu.
·
Keungulan atau pencipta (transcendency): Manusia menyadari kemampuan akan dirinya, dimana
alam semesta itu sangat kuat dan menakutkan yang membuat menusia tidak berdaya.
Dengan itu manusia ingin keluar dari hal tersebut dan berubah dari ciptaan
menjadi pencipta. Dampak posiitif (menciptakan sesuatu)
dampak negatif (nenghancurkan sesuatu).
·
Kepekaan akan identitas (sense of identity): Kebutuhan
untuk menjadi “Aku” kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri sebagai suatu
yang terpisah. Tanpa kepekaan akan identitas, menusia tidak dapat mempertahankan
kewarasan mereka dan ancaman ini mendorong mereka untuk melakukan hampir segala
hal untuk mendapatkan kepekaan akan identitas.
B. Kebutuhan untuk memahami dan
beraktivitas
·
Kerangka Oriensitas (frame of orientation): Dimana manusia (orang) membutuhkan peta
menganai dunia sosial dan dunia alaminya. Dimana tanpa peta itu manusia akan
bingung dan tidak mampu melakukan tindakan dengan tujuan dan konsisten.
·
Kerangka Kesetiaan (frame of devotion): Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang
mutlak. Yaitu Tuhan. Orang membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh
pengadian hidupnya, sesuatu yang membuat hidupnya yang bermakna.
·
Keterangsangan stimulasi(extitation-stimulation): kebutuhan untuk melatih sistem syaraf,
untuk memanfaat kan kemampuan otak. Dimana manusia tidak cukup hanya dengan
stimulus sederhana, tapi stimulti yang mengatifkan jiwa (seperti puisi dan
hukum fisika).
·
Keefektivan (effectivity): kebutuhan untuk menyadari deksistensi diri melawan
perasaan tidak mempu dan melatih kopentensi atau kemampuan.
C. Kebutuhan
1.
Kebutuhan berhubungan keterhubungan
(relatedness).
2.
Kebutuhan akan tingkat yang tertinggi
(transendence).
3.
Kebutuhan akan bersatu keberakaran (rootedness).
4.
Kebutuhan akan sama (identity) rasa
identitas (Sense of identity).
5.
Kebutuhan akan suatu rencana peninjauan kerangka
orientasi (frame of orientation)
Gangguan Kepribadian
Menurut
erich fromm orang yang mengalami gangguan kepribadian adalah orang yang gagal
memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
Tiga gangguan kepribadian yang berat-
nekrofilia, narsisme berat, dan
Simbiosis
incses :
·
Nekrofilia
Istilah “nekrofilia” (necrophilia) berarti
cinta akan kematian dan biasanya mengacu pada kelainan seksual di mana
seseorang menginginkan kontak seksual dengan mayat. Fromm (1964, 1973)
menggunakan istilah nekrofilia dalam arti yang lebih umum untuk menunjukan
ketertarikan akan kematian. Nekrofilia adalah orientasi karakter alternatif
bagi biofilia.
Orang-orang dengan nekrofilia tidak semata-mata
bertingkah laku destruktif, melainkan tingkah laku destruktif mereka adalah
cerminan karakter dasar mereka.
·
Narsisme berat
Manusia normal menunjukan
bentuk narsisme yang baik, yaitu ketertarikan akan tubuh sendiri. Keterpakuan
terhadap tubuh sering menyebabkan hipokondriasis atau perhatian obsesif akan
kesehatan seseorang. Orang-orang narsistis memiliki apa yang disebut horney.
·
Simbiosis inses
Orientasi patologis ketiga adalah simbiosis
inses atau ketergantungan ekstrem akan ibu atau pengganti ibu. Simbiosis inses
adalah bentuk berlebihan dari fiksasi terhadap ibu yang lebih umum dan lebih
baik. Keterikatan terhadap ibu didasari oleh kebutuhan akan rasa aman , bukan
kebutuhan seks. Dorongan seksual bukanlah penyebab dari fiksasi terhadap ibu,
namun merupakan hasil.
Sebagian individu patologi memiliki tiga
gangguan kepribadian, yaitu mereka tertarik pada kematian (nekrofilia),
memiliki kesenangan dalam menghacurkan mereka yang inferior (narsisme berat),
dan memiliki hubungan simbiosis neurotik dengan ibu mereka atau penggantian
ibu. Orang-orang seperti itu membentuk apa yang disebut fromm sindrom
pembusukan (syndrom of delay).
DAFTAR PUSTAKA
·
Dra. I.L. Pasaribu dan
Drs. B. Simajuntak. Teori Kepribadian. 1989. Tarsito. Bandung
·
Alwisol. Psikologi Kepribadian.
2005. UMM Press. Malang
·
Gregory J. Feist,
Jess. 2008. Feist Theories
of Personality. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar